Rabu, 17 November 2010

noname::part I

"sulit ku percaya. hal ini membuatku bingung. apa yang melandaku ?" pikirku dalam hati.

Dune melihat ke cermin lagi. nenek Anna,,,orang yang paling Dyne sayangi setelah ayah dan ibunya kini telah pergi. padahal nenek Anna tidak pernah terlihat sakit atau pun kurang sehat.

"Nadyne......" panggil ibu.
dyne mengusap sisa air matanya dan segera mengeluarkan dos-dos barang dari kamarnya. dengan berat hati pun Dyne beranjak meninggalkan rumah nenenk Anna yang sangat ia sayangi.

Di mobil, Dyne hanya menatap hampa pemandangan di luar kaca mobil yang nampak seakan-akan mereka mengejek kesedihan Dyne. hening pun terpecahkan dengan suara ibu.

"dyne,ibu sudah mendaftarkan mu di sekolah baru mu. apakah masih ada yang kau butuhkan nak?" tanya ibu dyne.

"tidak bu, makasih." jawaban yang sangat singkat.

"besok kelas pertama mu dimulai,dan ibu harap kau punya tenaga yang cukup untuk menghadapi hari baru mu esok sayang." kata ibu lagi.

"semogaa.." jawab dyne seperti membisik. ibu pun tersenyum kecil melihat anak perempuannya itu. berharap kesedihan ini tidak akan lama.

***

Sejuk,Kecil tapi sangat nyaman. kesan pertama Dyne pada rumah barunya. yeah, dyne menyukainya. dengan halaman luas dan pagar hidup yang membatasi jarak tiap rumahnya. kamar dyne terletak di lantai 2, dengan teras kecil yang di singgahi ranting kecil dan cabang pohon yang rindang menjorok sedikit kedalam teras lantai duanya. brillian ,tempat yang bagus untuk melukis. pikir dyne senang. paling tidak dia akan mempunyai kegiatan rutin sehingga mengurangi waktunya untuk menghayal yang tidak-tidak tentang nenek Anna.

Dyne pun mulai mengatur barang-barangnya. meletakkan semua tepat di posisi yang dia inginkan,dan menyempatkan diri duduk di teras kecil depan kamarnya sambil memperhatikan aktifitas sore pada lingkungan barunya. dilihatnya segerombolan anak laki-laki sok keren yang sedang bermain skateboard. mereka mengusik pengguna jalan. lama-lama dyne muak melihat tingkah anak-anak itu. namun,emosinya segera dia kubur dalam-dalam mengingat dirinya yang terhitung sangat baru di lingkungan itu. Dyne beranjak masuk kamar. namun,tiba-tiba terdengar bunyi barang yang jatuh--atau orang lebih tepatnya-- mendarat darurat di lantai teras mungilnya.
"oouuwwhh..." keluh suara itu.

dyne berbalik dan segera saja terkejut. dilihatnya anak laki-laki sebayanya yang jatuh tiba-tiba dari langit?! atau dari pohon?! masa bodoh. spontan dyne segera membantu anak itu bangun dengan wajah yang lumayan mengherankan.

"emm,..makasih,,maaf , aku gak sengaja." ujarnya dengan senyum linglung merekah. dyne bingung harus bagaimana. yang dia tau sekarang adalah membalas senyum anak itu dengan raut wajah yang sedikit linglung mungkin.

"oh,maaf lagi..nama ku Arex. aku tinggal di samping jalan itu. dan soal yang tadi, aku jatuh dari pohon." katanya sambil menoleh di pohon besar yang ada di atas teras mungil dyne. dyne hanya bengong mendengar penjelasan anak aneh ini.

Arex pun melanjutkan,"tadinya aku ingin mengambil pesawat terbang rakitan ku yang nyangkut di pohon ini." katanya sambil buru-buru mengambil rakitan pesawat tepat dibawah kakinya.

"kau,,yang merakit ini?" tanya dyne sedikit kagum.

"mm,,bisa di bilang begitu. kau pasti tak percaya. dengan tampang bodoh begini dapat merakit pesawat rakitan dengan tipe yang standar. tapi itu memang keahlian ku." katanya mencoba meyakinkan.
dyne setuju dengan tampangnya yang agak bodoh itu. tapi nothing immpossible now.
"tapi,kenapa pesawat mu bisa nyangkut di sana?" tanya dyne.

"anak-anak itu mencoba penemuanku,dan sengaja menyangkutkannya dan aku yang mengambilnya. mereka sering mengerjaiku." katanya sedikit muram. dyne menjadi semakin muak mendengar cerita Arex tentang anak-anak gila itu. mungkin akan sangat menyenangkan bisa dapat memberi mereka pelajaran tambahan.

"kurasa aku harus pulang. sampai ketemu besok.......ups,,maaf aku lupa tanya. nama kamu siapa?" Arex sadar ternyata dari tadi dia ngomong dengan orang yang namanya pun tidak dia ketahui.

"panggil saja dyne." jawab dyne dengan senyum kecil.

"ok dyne. makasih untuk hari ini. sampai ketemu besok." pamit Arex dengan wajah ramahnya. dyne pun hanya tersenyum melihat sosok yang baru dikenalnya perlahan menghilang dari pandangannya. seorang teman baru,semoga besok akan lebih menyenangkan... gumam dyne sambil tersenyum.

***